Bill Amirsjah-Rondahaim Saragih - Album  

ADA sesuatu yang menggugah kami untuk menulis kembali tentang Tulang Bill Saragih ini. Baru saja ia mabalu (ditinggal selamanya oleh pasangannya-Red.) dengan meninggalnya Anturang Anna Rosemary (63 tahun), Senin, 18 Januari 1999, di Sydney, Australia. Dengan ketabahannya, Tulang Bill mungkin bisa berkata, "Somebody comes, somebody goes. The show must go on!" Tapi, dia sendiri mengakui begitu sayangnya dia kepada sang istri dan anak-anaknya. Hati dan jiwa mereka dekat meskipun raga mereka terpisah jauh, Tulang Bill di Jakarta dan keluarganya di Sydney. Rasa sayang itulah yang mewujud dalam lagu berirama bossanova, "Anna my Love", satu dari 12 lagu yang ada dalam album Bill Saragih, Sings 'n Plays (disingkat BSSP saja) yang diproduksi tahun 1995 dan dirilis tahun 1997 itu.

KESEBELAS lagu lainnya berturut-turut: "What a Wonderful World", "Unforgettable", "Selendang Sutra", "Tiana (Comeback to Me)", "Billy's Groove", "Misty", "Love", "Na Sonang", "Tony's Dream", "Song from My Father (to My Homeland)", dan "The Shadow of Your Smile".

DIA buat lagu untuk diri sendiri ("Billy's Groove"); buat istrinya ("Anna My Love"), buat anak ketiganya, Tony ("Tony's Dream" sebuah lagu blues bertempo sedang); dan buat boru sianggian-nya, Tiana ("Tiana [Comeback to Me]). Yang terakhir, buat kampung halamannya, Simalungun ("Song from My Father [to My Homeland] atau disingkat "SfMFtMH". Yang belum kebagian adalah anak pertamanya, Michael; dan Lois, boru-nya persis di bawah Michael.

DALAM wawancara dengan Redaksi (semasa jadi Pemred DIAN Penuntun) di Nirwana Restaurant and Supper Club Hotel Indonesia, 11 Desember 1987, hampir 13 tahun yang lalu, penulis menanyakan perihal tidak adanya lagu Simalungun dalam kasetnya yang waktu itu direkam oleh Pramaqua. Waktu itu dia bilang, "Tidak terpikir!" Lantas suatu kali di acara JakJazz 1994, penulis sengaja menemuinya dan menantangnya, "Tulang, maenhon ham lobei dodingta ai, kan lang ibotoh-botoh halak on ai?" (Mainkan dulu lagu kita [Simalungun], orang ini 'kan nggak pada peduli-Red.). Dia bilang, "Lang enak bani halak on, Ambia!" (Segan tuh sama orang-orang ini-Red.). Akhirnya, dalam album BSSP, dia menjawab tantangan penulis dengan lagu "SfMFtMH" itu, atau dalam bahasa Simalungunnya: "Apuy ni Par Sini-Silou".

BENAR-BENAR, baru sekali ini lagu Simalungun dimainkan oleh Belinda Moody, pemain bas betot yang orang Australia dan Louis Soliano, pemain drum dari Singapura. Baru sekali ini pula lagu Simalungun direkam di Lion Studios Singapura dan di-engineer-i oleh John Herbert. Mungkin baru sekali ini pula direkam di atas CD. Untung ada momentum peringatan hari kemerdekaan ke-50 Republik Indonesia dimana Tulang Bill mengeluarkan album itu dalam rangka memperingati tahun emas kemerdekaan Indonesia. Kalau tidak, sayooop! (Kapan pun sepertinya tidak mungkin lagi-Red.).

LAGU "SfMFtMH" itu sendiri dibuka dengan sentuhan lembut gaya arpeggio jari-jari Tulang Bill di atas klavir piano. Pelan-pelan namun fasih, Tulang Bill melantunkan: Deideng apuy ni par Sini-Silou/Bintang na rondang da manrarat das hu Pagartongah, ale/Deideng matomos ma namin sihol/Bintang na rondang da ise pe lang dalan ni tonah, ale/Deideng buei na ipangan landak/Bintang na rondang da itoruh ni bulung hosaya, ale/Deideng buei do naminei halak/Bintang na rondang da ise pe lang au porsaya, ale!

BEGITU lembut lagu itu mengalun, begitu lembut ia menggugah kerinduan penikmatnya akan kampung halaman. Di kala hati sedang gundah-gulana atau kangen, lagu itu dapat membawa kesejukan ibarat air hujan membasahi kemarau yang kering dan tandus. Dengan lembut, lagu itu pun membangkitkan kehendak berbakti kepada tanah air (setidaknya bagi kampung halaman), tanpa diindoktrinasi dengan slogan "Marsipaturei Hutani Bei (MHB)".

DALAM pengantar berbahasa Inggris yang ditulis Lukman Pinardi yang bertugas rangkap sebagai produser pelaksana sekaligus investor, dia menyatakan bahwa harmoni lagu "SfMFtMH" itu hampir mirip lagu Jepang. Dan melodi yang dimainkan Tulang Bill di situ adalah sebagaimana yang -- menurut Tulang Bill sendiri -- biasa ia dengar dimainkan oleh ayahnya, Jan Kadoek, dalam latihan margonrang (menabuh gendang-Red.) dan menari setiap minggu.

BOLEHLAH dikatakan, bahwa album BSSP ini dapat menggambarkan secara akurat mengenai apa-apa yang telah dikerjakan oleh Tulang Bill dalam perjalanan bermusiknya selama + 37 tahun.

ADALAH bijak jika Anda pun mengoleksi CD (compact disc) atau kaset album tersebut. Bisa-bisa dalam 5 tahun ke depan, Anda tidak menemukan lagi karya semacam itu. Selain sebagai penambah koleksi, tentunya dengan membeli CD atau kaset tersebut, Anda pun telah berkontribusi secara nyata dalam pengembangan lagu-lagu Simalungun. Bukankah itu juga merupakan kontribusi nyata bagi pengembangan SDM kita? Banyak kali kita mengeluhkan mandegnya perkembangan lagu-lagu atau musik Simalungun. Tapi kalau kita sendiri tidak mau berperan mengembangkannya, apa mungkin kita suruh orang lain berperan untuk kita? @

 
 


Copyright (C) 2000,
CV. GRATIANet Cybermedia. All Right Reserved